Sabtu, 17 Maret 2018
Pemahaman banyak sejarawan terdahulu terdapat bias dan kabur dalam meng artikan antara kata Merawat dan Membangun pada tulisan yang tertera pada sebuah prasasti.
1. Prasasti Canggal juga di sebut Prasasti Sanjaya atau Prasasti Gunung Wukir,Yang di temukan di halaman Candi Gunung Wukir di Desa Kadiluwih,Kecamatan Salam ,Magelang ,Jawa Tengah.
Prasasti berbentuk Candra Sengkala terrtulis angka 654 Saka atau 732 Masehi,di tulis pada stela batu menggunakan Aksara Palawa dan bahasa Sansekerta.
Prasasti ini di pandang sebagai pernyataan diri Raja Sanjaya pada tahun 732 M,sebagai penguasa universal dari Kerajaan Mataram Kuno
Prasasti ini menceritakan tentang Lingga atau lambang Siwa di desa Kunjarakunja,Tertulis pula tentang Raja awal yaitu Sanna,kemudian di gantikan oleh Sanjaya anak Sannaha saudara perempuan Sanna.
Terjemahan Bebas Prasasti sebagai berikut :
Bait 1 : Pembangunan Lingga oleh Raja Sanjaya di atas gunung.
Bait 2 – 6 : Pujaan terhadap Dewa Siwa,Dewa Brahma, dan Dewa Wisnu.
Bait 7 : Pulau Jawa yang sangat makmur,kaya akan tambang emas dan banyak menghasilkan Padi,Di Pulau itu didirikan Candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan bantuan dari penduduk Kunjarakunjadesa.
Bait 8-9 : Pulau Jawa yang dahulu di perintah oleh Raja Sanna,yang sangat bijaksana,adil dalam tindakan nya,perwira dalam peperangan,bermurah hati kepada rakyat nya.Ketika wafat Negara berkabung,sedih kehilangan pelindung.
Bait 10 – 11 : Pengganti Raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yang di ibaratkan Matahari.Kekuasaan tidak langsung di serahkan kepadanya oleh Raja Sanna tetapi melalui kakak perempuan nya ,Sannaha.
Bait 12 :Kesejahteraan,Ke amanan, dan Ketentraman Negara,Rakyat dapat tidur di tengah jalan,tidak usah takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadi kejahatan lain nya,Rakyat hidup serba senang.
Pada Prasasti Canggal kita dapat kan beberapa Poin kata kunci yaitu pada tahun 732 M Sanjaya berkuasa pemujaan di lakukan kepada Dewa Siwa,Dewa Brahma, dan Dewa Wisnu.
hal ini menjelaskan bahwa Sanjaya bukan beragama Buddha.
Perlu di fahami Dewa yang di sebut di atas adalah Dewa yang bukan versi Hindu india tapi versi asli kepercayaan Nusantara.
hal ini bisa di tegaskan dengan penghormatan Sanjaya kepada Sanna di ibarat kan seperti Matahari.
( Bait 10 – 11 ) Didalam Hindu Versi India dan Buddha tidak di temukan ikonografi atau symbol Matahari sebagai sesuatu yang tinggi dalam pemujaan.
Pada Bait 7 tertulis Di Pulau itu didirikan Candi Siwa ,di sini kata ―didirikan ―mempunyai arti maksud telah didirikan atau telah ada
juga menjelaskan bahwa Nenek moyang kami dari masa terdahulu sudah membangun candi megah ini.
Ini adalah bahasa Prestise . Bahasa bergengsi yang berusaha mengangkat derajat diri si pemberi pengumuman dengan menyebutkan salah satu kehebatan terdahulunya
Di Pulau itu didirikan Candi Siwa.
Disini jelas tertulis kata siwa yang menjelaskan ajaran asli nusantara
Sedangkan pada Bait 1 : Pembangunan Lingga oleh Raja Sanjaya di atas gunung.
Di sini Sanjaya menjelaskan bahwa Ia menandai candi yang sudah ada dengan membuat tanda sebuah Batu Lingga
Jadi kesimpulan yang kita dapat melalui Prasasti Canggal adalah
Pengumuman Sanjaya bahwa Ia adalah penguasa Universal di Kerajaan Mataram dengan memproklamirkan dan menandainya melalui pendirian tanda berupa Batu Lingga pada sebuah bangunan suci.
Yang bermaksud juga sebagai tanda bahwa kemakmuran dan kebesaran nenek moyang nya di lanjutkan oleh keturunan nya adalah dia
ini bukti tanda nya sebuah batu lingga tertulis nama saya raja penguasa dan tahun deklarasi untuk merawat bangunan suci warisan leluhur kami
Begitu maksud sang raja tertulis pada batu
Surat terbuka Kepada UNESCO dan seluruh dunia dari Kamulan l Bhumi Sahambara,Borobudur.
Ini klarifikasi catatan sejarah tentang Borobudur yang bernama asli Kamulan l Bhumi Sambhara, hal yang penting dan perlu di luruskan
Tantangan bagi para ahli sejarah dan peneliti untuk mengkaji ulang semua pencatatan tentang Borobudur.
1.Benarkah Borobudur candi Buddha..?
2.Benarkah Borobudur candi Hindu..?
3.Benarkah di dirikan abad 8 masehi..?
4.Benarkah didirikan oleh wangsa Sailendra..?
5.Benarkah yang merancang Borobudur Gunadarma..?
Mari kita jawab pertanyaan di atas satu persatu
1.Benarkah Borobudur candi Buddha..?
Jawaban :
a.Borobudur bukan candi,ini adalah monumen,pengertian candi adalah tempat beribadah,adakah kriteria tempat ibadah di temukan di Borobudur ?.tidak di temukan.
b.Borobudur bukan candi Buddha alasan nya
- Dalam sejarah penyebaran ajaran Buddha dari asal nya tidak di temukan candi sebanyak yang ada di tanah jawa.bukankah sebuah sumber harus memiliki lebih banyak dari bukan sumber.
- Pada masa penyebaran puncak ajaran buddha masa ashoka tidak di temukan para misionaris Buddha membangun candi di daerah penyebaran seperti dan sebanyak di jawa dengan ciri khas yang sama dalam bentuk.
- Di tanah asal india tempat awal ajaran Buddha berasal tidak di temukan candi sebagai bentuk dasar bentuk Borobudur.
Borobudur adalah candi asli budaya nenek moyang bangsa nusantara Indonesia
Bentuk patung arca orang posisi duduk bersila adalah bentuk penggambaran ritual asli nenek moyang nusantara indonesia
Bentuk patung Posisi orang duduk bersila adalah posisi ritual kontemplasi ajaran luhur nenek moyang terdahulu nusantara indonesia
Yaitu ajaran bijak sang matahari sebagai kiblat dan dewa sebagai pengejawantan nya.
Ajaran bijak sang matahari adalah budaya asli nenek moyang nusantara indonesia bukan Hindu atau Buddha dari india
Imperium terbesar dunia ada di tanah sunda land berlanjut setelah masa banjir besar nuh
Sejak zaman dinasti rama yang menyerang peradaban mohenjodaro di tanah india
Yang tercatat dalam kisah ramayana dengan peperangan maha dahsyat perang mahabarata
Berlanjut ke imperium saba yang sudah berperadaban tinggi dengan ajaran yang berkiblat pada matahari
Dewa brahma wisnu dan siwa adalah dewa dewa asli budaya nusantara indonesia
Ajaran asli nusantara bukan ajaran hindu ajaran asli nusantara adalah ajaran bijak sang matahari sebagai kiblat dan siwa sebagai pengejawantahan nya
Ajaran siwa menyebar ke tanah india pada abad sebelum masehi berkembang menjadi hindu di tandai dengan masih ada nya aliran hindu saiwa di tanah india.
Kemudian sang mahavira lalu resi sidarta gautama mengembangkan menjadi ajaran Buddha
Pada abad masehi ajaran Buddha kembali ke nusantara di sinilah hampir terdapat ke samaan ajaran yang sebenar nya jauh berbeda sekali.
Jadi bentuk patung arca posisi orang duduk bersila itu bukan patung buddha tapi itu adalah posisi ritual kontemplasi tapa brata ajaran asli nusantara indonesia
Relief pada dinding adalah cerita ramayana dan filisofi ajaran asli nusantara juga sebagai catatan sejarah tentang kemajuan peradaban masa lalu
Relief tidak menggambarkan perjalanan hidup sang buddha atau cermin ajaran nya.
Hanya 50 persen dari total relief yang dapat atau berusaha di cocokan agar mendukung bahwa relief ini sebagai ajaran dari india
Ciri utama candi di nusantara indonesia adalah bentuk punden berundak bentuk asli borobudur adalah punden berundak dengan 3 tahap bentuk dasar.
Bentuk punden berundak pada candi sukuh monumen itzen icha suku maya pyramida mesir adalah bentuk dasar
Ajaran matahari bersumber dari benua sunda land tanah nusantara indonesia menyebar ke penjuru dunia
Masih tersisa pada budaya asli nusantara sunda wiwitan Pa ra hiya ngan
Ra
Adalah dewa matahari
Ajaran asli nusantara masih tersisa pada suku suku asli tengger baduy bali toraja kalimantan dan banyak lagi
Ajaran asli nusantara indonesia bukan ajaran hindu atau Buddha dari india
Jika kita perhatikan dimulai dari Sidarta gautama Budha terlahir sampai dengan waktu abad ke 20
juga di masa abad penyebaran agama Budha terutama masa awal ke gemilangan penyebaran yang di dukung Kerajaan Asoka
tidak tercatat para Misionaris Budha membangun tempat peribadatan yang besar pada daerah penyebaran nya
Mengapa hanya di pulau Jawa mereka di anggap telah membangun candi candi tersebut
jika benar di Jawa candi yang ada adalah candi Budha
tentu sudah ada banyak candi di tempat asal sang Budha Lahir dan daerah lain nya
yang sudah pasti hari ini tentu kita masih bisa melihat ribuan Candi Buddha ada di India
bukan kah suatu sumber harus memiliki lebih banyak dari yang di anggap bukan sumber?
Benarkah borobudur di arsiteki oleh gunadarma?
Nama Gunadharma tidak di temui dalam Wangsa dan silsilah kerajaan Dinasti Sailendra
atau kerajaan lain di pulau jawa
nama Gunadharma,hanya di temukan dalam Cerita Mitos Jawa
Cerita tentang perbukitan Gunung Manoreh
Perbukitan yang bentuk nya menyerepuai pungung manusia.
juga di masa abad penyebaran agama Budha terutama masa awal ke gemilangan penyebaran yang di dukung Kerajaan Asoka
tidak tercatat para Misionaris Budha membangun tempat peribadatan yang besar pada daerah penyebaran nya
Mengapa hanya di pulau Jawa mereka di anggap telah membangun candi candi tersebut
jika benar di Jawa candi yang ada adalah candi Budha
tentu sudah ada banyak candi di tempat asal sang Budha Lahir dan daerah lain nya
yang sudah pasti hari ini tentu kita masih bisa melihat ribuan Candi Buddha ada di India
bukan kah suatu sumber harus memiliki lebih banyak dari yang di anggap bukan sumber?
Benarkah borobudur di arsiteki oleh gunadarma?
Nama Gunadharma tidak di temui dalam Wangsa dan silsilah kerajaan Dinasti Sailendra
atau kerajaan lain di pulau jawa
nama Gunadharma,hanya di temukan dalam Cerita Mitos Jawa
Cerita tentang perbukitan Gunung Manoreh
Perbukitan yang bentuk nya menyerepuai pungung manusia.
Borobudur
mari kita kaji ulang tentang pencatatan sejarah candi Borobudur
Benarkah…Borobudur candi Hindu atau candi Budha?
Benarkah juga didirikan oleh Penganut Agama Budha yang berfaham Buddha Mahayana?
Benarkah di dirikan oleh Wangsa Sailendra?
Benarkah di Rancang oleh Arsitek Gunadharma ?
Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur
dan kapan waktu di bangun nya
Untuk inilah kita mencoba mengkaji ulang sejarah borobudur
Terdapat kesimpangsiuran catatan mengenai
raja yang berkuasa di Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha.
Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut agama siwa ajaran asli nusantara
di dapat dari temuan prasasti Sojomerto bahwa mereka penganut agama Hindu Siwa.
nama borobudur
Pada Prasasti Kayumwungan atau Prasasti Karang Tengah dan Prasasti Tri Tepusan
menyebutkan nama yang sama dengan maksud yang di tulis dengan sebutan Kamulan I Bumishambara
Nama Bore Budur, yang kemudian ditulis Boro Budur
ditulis Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu
yaitu desa Bore atau Boro
kebanyakan candi memang seringkali dinamai berdasarkan desa tempat candi itu berdiri.
Raffles juga menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin berkaitan dengan istilah bahasa Jawa yang berarti "purba"–
maka bermakna,
"Boro
purba".
pada tahun 1954 sejarawan carparis menulis dalam desertasinya bahwa
borobudur di bangun pada perkiraan tahun 824 masehi
angka tahun di sebut adalah angka tahun perkiraan
kata perkiraan kita garis bawahi
ini berarti borobudur tidak di bangun pada tahun yang di tulis oleh casparis
ini hanya perkiraan casparis
mari kita kaji ulang tentang pencatatan sejarah candi Borobudur
Benarkah…Borobudur candi Hindu atau candi Budha?
Benarkah juga didirikan oleh Penganut Agama Budha yang berfaham Buddha Mahayana?
Benarkah di dirikan oleh Wangsa Sailendra?
Benarkah di Rancang oleh Arsitek Gunadharma ?
Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur
dan kapan waktu di bangun nya
Untuk inilah kita mencoba mengkaji ulang sejarah borobudur
Terdapat kesimpangsiuran catatan mengenai
raja yang berkuasa di Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha.
Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut agama siwa ajaran asli nusantara
di dapat dari temuan prasasti Sojomerto bahwa mereka penganut agama Hindu Siwa.
nama borobudur
Pada Prasasti Kayumwungan atau Prasasti Karang Tengah dan Prasasti Tri Tepusan
menyebutkan nama yang sama dengan maksud yang di tulis dengan sebutan Kamulan I Bumishambara
Nama Bore Budur, yang kemudian ditulis Boro Budur
ditulis Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu
yaitu desa Bore atau Boro
kebanyakan candi memang seringkali dinamai berdasarkan desa tempat candi itu berdiri.
Raffles juga menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin berkaitan dengan istilah bahasa Jawa yang berarti "purba"–
maka bermakna,
"Boro
purba".
pada tahun 1954 sejarawan carparis menulis dalam desertasinya bahwa
borobudur di bangun pada perkiraan tahun 824 masehi
angka tahun di sebut adalah angka tahun perkiraan
kata perkiraan kita garis bawahi
ini berarti borobudur tidak di bangun pada tahun yang di tulis oleh casparis
ini hanya perkiraan casparis
Yang fingsinya tempat kul kul dibunyikan awal, akhir dan saat tertentu dari rangkaian upacara.
Bale Bengong, disebut juga pewarengan suci letaknya di antara jaba tengah/mandala madya, mandala nista/jaba sisi.
Bentuk bangunannya empat persegi atau memanjang deretan tiang dua-dua atau banyak luas bangunan untuk dapur.
Fungsinya untuk mempersiapkan keperluan sajian upacara yang perlu dipersiapkan di pura yang umumnya jauh dari desa tempat pemukiman.
3. Ketiga. Mandala Nista disebut juga jaba sisi yaitu tempat peralihan dari luar ke dalam pura yang terdiri dari bangunan candi bentar/bangunan penunjang lainnya.
Pekarangan pura dibatasi oleh tembok penyengker batas pekarangan pintu masuk di depan atau di jabaan tengah/ sisi memakai candi bentar dan pintu masuk ke jeroan utama memakai Kori Agung.
Tembok penyengker candi bentar dan kori agung ada berbagai bentuk variasi dan kreasinya sesuai dengan keindahan arsitekturnya.
Bangunan pura pada umumnya menghadap ke barat, memasuki pura menuju ke arah timur demikian pula pemujaan dan persembahyangan menghadap ke arah timur ke arah terbitnya matahari.
Bale Bengong, disebut juga pewarengan suci letaknya di antara jaba tengah/mandala madya, mandala nista/jaba sisi.
Bentuk bangunannya empat persegi atau memanjang deretan tiang dua-dua atau banyak luas bangunan untuk dapur.
Fungsinya untuk mempersiapkan keperluan sajian upacara yang perlu dipersiapkan di pura yang umumnya jauh dari desa tempat pemukiman.
3. Ketiga. Mandala Nista disebut juga jaba sisi yaitu tempat peralihan dari luar ke dalam pura yang terdiri dari bangunan candi bentar/bangunan penunjang lainnya.
Pekarangan pura dibatasi oleh tembok penyengker batas pekarangan pintu masuk di depan atau di jabaan tengah/ sisi memakai candi bentar dan pintu masuk ke jeroan utama memakai Kori Agung.
Tembok penyengker candi bentar dan kori agung ada berbagai bentuk variasi dan kreasinya sesuai dengan keindahan arsitekturnya.
Bangunan pura pada umumnya menghadap ke barat, memasuki pura menuju ke arah timur demikian pula pemujaan dan persembahyangan menghadap ke arah timur ke arah terbitnya matahari.
Kori Agung Candi Bentar, bentuknya mirip dengan tugu kepalanya memakai gelung mahkota segi 4 atau segi banyak bertingkat-tingkat mengecil ke atas dengan bangunan bujur sangkar segi empat atau sisi banyak dengan sisi-sisi sekitar depa alit, depa madya atau depa agung.
Tinggi bangunan dapat berkisar sebesar atau setinggi tugu sampai sekitar 100 meter memungkinkan pula dibuat lebih tinggi dengan memperhatikan keindahan proporsi candi.
2. Mandala Madya disebut juga jaba tengah, tempat persiapan dan pengiring upacara terdiri dari Kori Agung Candi Bentar,
bentuknya serupa dengan tugu, kepalanya memakai gelung mahkota segi 4 atau segi banyak bertingkat2 mengecil ke atas dengan bangunan bujur sangkar, segi 4 atau segi banyak dengan sisi-sisi sekitar satu depa alit, depa madya, depa agung.
Bale Kentongan, disebut bale kul-kul letaknya di sudut depan pekarangan pura, bentuknya susunan tepas, batur, sari dan atap penutup ruangan kul-kul/kentongan.
Tinggi bangunan dapat berkisar sebesar atau setinggi tugu sampai sekitar 100 meter memungkinkan pula dibuat lebih tinggi dengan memperhatikan keindahan proporsi candi.
2. Mandala Madya disebut juga jaba tengah, tempat persiapan dan pengiring upacara terdiri dari Kori Agung Candi Bentar,
bentuknya serupa dengan tugu, kepalanya memakai gelung mahkota segi 4 atau segi banyak bertingkat2 mengecil ke atas dengan bangunan bujur sangkar, segi 4 atau segi banyak dengan sisi-sisi sekitar satu depa alit, depa madya, depa agung.
Bale Kentongan, disebut bale kul-kul letaknya di sudut depan pekarangan pura, bentuknya susunan tepas, batur, sari dan atap penutup ruangan kul-kul/kentongan.
BUDAYA TENGGER ,
Hari Raya Yadya Kasada adalah sebuah hari upacara sesembahan berupa persembahan sesajen kepada Sang Hyang Widhi.
Setiap bulan Kasada hari-14 dalam Penanggalan Jawa diadakan upacara sesembahan atau sesajen untuk Sang Hyang Widhi dan para leluhur,
kisah Rara Anteng (Putri Raja Majapahit) dan Jaka Seger (Putra Brahmana) "asal mula suku Tengger di ambil dari nama belakang keduanya",
pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger,
yang mempunyai arti ―Penguasa Tengger yang Budiman‖.
Mereka tidak di karunia anak sehingga mereka melakukan semedi atau bertapa kepada Sang Hyang Widhi,
tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan,
anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo. Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri,
namun naluri orangtua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji,
Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api. Kesuma, anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo,
bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib, "Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orangtua kita dan Sang Hyang Widhi menyelamatkan kalian semua.
Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Sang Hyang Widhi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji kepada Sang Hyang Widhi di kawah Gunung Bromo".
Kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.
Suku Tengger tidak seperti pemeluk agama lain nya memiliki candi-candi sebagai tempat peribadatan,
namun bila melakukan peribadatan bertempat di punden, danyang dan poten.
Poten merupakan sebidang lahan di lautan pasir sebagai tempat berlangsungnya upacara Kasada.
Sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat Tengger, poten terdiri dari beberapa bangunan yang ditata dalam suatu susunan komposisi di pekarangan yang dibagi menjadi tiga mandala/zone.
Pura Luhur Poten di kaki Gunung Bromo 1. Pertama. Mandala Utama disebut juga jeroan yaitu tempat pelaksanaan pemujaan persembahyangan.
Mandala itu sendiri terdiri dari Padma berfungsi sebagai tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa.
Padma bentuknya serupa candi yang dikembangkan lengkap dengan pepalihan, tidak memakai atap yang terdiri dari bagian kaki yang disebut tepas, badan/batur dan kepala yang disebut sari
dilengkapi dengan Bedawang, Nala, Garuda, dan Angsa. Bedawang Nala melukiskan kura-kura raksasa mendukung padmasana, dibelit oleh seekor atau dua ekor naga, garuda dan angsa posisi terbang di belakang badan padma
yang masing-masing menurut mitologi melukiskan keagungan bentuk dan fungsi padmasana. Bangunan Sekepat tiang 4 atau yang lebih besar letaknya di bagian sisi sehadapan dengan bangunan pemujaan/padmasana, hadap ke timur sesuai dengan orientasi bangunan pemujaan dan terbuka ke 4 sisinya.
Fungsinya untuk penyajian sarana upacara atau aktivitas serangkaian upacara. Bale Pawedan serta tempat dukun sewaktu melakukan pemujaan.
Kori Agung Candi Bentar, bentuknya mirip dengan tugu kepalanya memakai gelung mahkota segi 4 atau segi banyak bertingkat2 mengecil ke atas dengan bangunan bujur sangkar segi empat atau sisi banyak dengan
Hari Raya Yadya Kasada adalah sebuah hari upacara sesembahan berupa persembahan sesajen kepada Sang Hyang Widhi.
Setiap bulan Kasada hari-14 dalam Penanggalan Jawa diadakan upacara sesembahan atau sesajen untuk Sang Hyang Widhi dan para leluhur,
kisah Rara Anteng (Putri Raja Majapahit) dan Jaka Seger (Putra Brahmana) "asal mula suku Tengger di ambil dari nama belakang keduanya",
pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger,
yang mempunyai arti ―Penguasa Tengger yang Budiman‖.
Mereka tidak di karunia anak sehingga mereka melakukan semedi atau bertapa kepada Sang Hyang Widhi,
tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan,
anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo. Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri,
namun naluri orangtua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji,
Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api. Kesuma, anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo,
bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib, "Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orangtua kita dan Sang Hyang Widhi menyelamatkan kalian semua.
Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Sang Hyang Widhi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji kepada Sang Hyang Widhi di kawah Gunung Bromo".
Kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.
Suku Tengger tidak seperti pemeluk agama lain nya memiliki candi-candi sebagai tempat peribadatan,
namun bila melakukan peribadatan bertempat di punden, danyang dan poten.
Poten merupakan sebidang lahan di lautan pasir sebagai tempat berlangsungnya upacara Kasada.
Sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat Tengger, poten terdiri dari beberapa bangunan yang ditata dalam suatu susunan komposisi di pekarangan yang dibagi menjadi tiga mandala/zone.
Pura Luhur Poten di kaki Gunung Bromo 1. Pertama. Mandala Utama disebut juga jeroan yaitu tempat pelaksanaan pemujaan persembahyangan.
Mandala itu sendiri terdiri dari Padma berfungsi sebagai tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa.
Padma bentuknya serupa candi yang dikembangkan lengkap dengan pepalihan, tidak memakai atap yang terdiri dari bagian kaki yang disebut tepas, badan/batur dan kepala yang disebut sari
dilengkapi dengan Bedawang, Nala, Garuda, dan Angsa. Bedawang Nala melukiskan kura-kura raksasa mendukung padmasana, dibelit oleh seekor atau dua ekor naga, garuda dan angsa posisi terbang di belakang badan padma
yang masing-masing menurut mitologi melukiskan keagungan bentuk dan fungsi padmasana. Bangunan Sekepat tiang 4 atau yang lebih besar letaknya di bagian sisi sehadapan dengan bangunan pemujaan/padmasana, hadap ke timur sesuai dengan orientasi bangunan pemujaan dan terbuka ke 4 sisinya.
Fungsinya untuk penyajian sarana upacara atau aktivitas serangkaian upacara. Bale Pawedan serta tempat dukun sewaktu melakukan pemujaan.
Kori Agung Candi Bentar, bentuknya mirip dengan tugu kepalanya memakai gelung mahkota segi 4 atau segi banyak bertingkat2 mengecil ke atas dengan bangunan bujur sangkar segi empat atau sisi banyak dengan
Langganan:
Postingan (Atom)