Sabtu, 17 Maret 2018

   
Pemahaman  banyak  sejarawan  terdahulu  terdapat  bias  dan  kabur  dalam  meng  artikan  antara  kata Merawat  dan  Membangun  pada  tulisan  yang  tertera pada sebuah prasasti.

1.  Prasasti  Canggal  juga  di sebut  Prasasti Sanjaya  atau  Prasasti Gunung  Wukir,Yang  di temukan  di halaman  Candi  Gunung  Wukir  di  Desa  Kadiluwih,Kecamatan  Salam  ,Magelang  ,Jawa Tengah.

Prasasti  berbentuk  Candra  Sengkala  terrtulis  angka  654  Saka  atau  732  Masehi,di  tulis pada  stela  batu  menggunakan  Aksara  Palawa  dan  bahasa  Sansekerta.

Prasasti  ini  di  pandang  sebagai  pernyataan  diri  Raja  Sanjaya  pada  tahun  732  M,sebagai penguasa  universal  dari  Kerajaan  Mataram  Kuno

Prasasti  ini  menceritakan  tentang  Lingga atau  lambang  Siwa  di  desa  Kunjarakunja,Tertulis  pula  tentang  Raja  awal  yaitu Sanna,kemudian  di gantikan  oleh  Sanjaya  anak  Sannaha  saudara  perempuan  Sanna.

Terjemahan  Bebas  Prasasti sebagai  berikut  :

Bait  1  :  Pembangunan  Lingga  oleh  Raja  Sanjaya  di atas  gunung.

Bait  2  –  6  :  Pujaan  terhadap  Dewa  Siwa,Dewa  Brahma,  dan  Dewa  Wisnu.

Bait  7  :  Pulau  Jawa  yang  sangat  makmur,kaya  akan  tambang  emas  dan  banyak  menghasilkan Padi,Di  Pulau  itu  didirikan  Candi  Siwa  demi  kebahagiaan  penduduk  dengan  bantuan  dari penduduk  Kunjarakunjadesa.

Bait  8-9  :  Pulau  Jawa  yang  dahulu  di  perintah  oleh  Raja  Sanna,yang  sangat  bijaksana,adil dalam  tindakan  nya,perwira  dalam  peperangan,bermurah  hati  kepada  rakyat  nya.Ketika  wafat Negara  berkabung,sedih  kehilangan  pelindung.

Bait  10  –  11  :  Pengganti  Raja  Sanna  yaitu  putranya  bernama  Sanjaya  yang  di  ibaratkan Matahari.Kekuasaan  tidak  langsung  di  serahkan  kepadanya  oleh  Raja  Sanna  tetapi  melalui kakak  perempuan  nya  ,Sannaha.

Bait  12  :Kesejahteraan,Ke  amanan,  dan  Ketentraman  Negara,Rakyat  dapat  tidur  di  tengah jalan,tidak  usah  takut  akan  pencuri  dan  penyamun  atau  akan  terjadi  kejahatan  lain  nya,Rakyat hidup  serba  senang.

Pada  Prasasti  Canggal  kita  dapat  kan  beberapa  Poin  kata  kunci  yaitu  pada  tahun  732 M Sanjaya  berkuasa pemujaan  di  lakukan  kepada  Dewa  Siwa,Dewa  Brahma,  dan  Dewa  Wisnu.

hal ini  menjelaskan  bahwa  Sanjaya  bukan  beragama  Buddha.

Perlu  di fahami Dewa  yang  di sebut  di atas  adalah  Dewa  yang  bukan  versi Hindu india tapi versi asli kepercayaan  Nusantara.

hal  ini  bisa  di  tegaskan  dengan  penghormatan  Sanjaya  kepada  Sanna  di ibarat  kan  seperti  Matahari.

(  Bait  10  –  11  ) Didalam  Hindu  Versi  India  dan  Buddha  tidak  di  temukan  ikonografi  atau  symbol  Matahari sebagai  sesuatu  yang  tinggi  dalam  pemujaan.

Pada  Bait  7  tertulis  Di  Pulau  itu  didirikan  Candi  Siwa  ,di sini  kata    ―didirikan  ―mempunyai  arti maksud  telah  didirikan atau telah ada

juga  menjelaskan  bahwa  Nenek  moyang  kami  dari  masa  terdahulu sudah  membangun  candi megah  ini.

Ini adalah  bahasa  Prestise  .   Bahasa  bergengsi  yang  berusaha  mengangkat  derajat  diri  si  pemberi  pengumuman  dengan menyebutkan  salah  satu  kehebatan  terdahulunya 

Di  Pulau  itu  didirikan  Candi  Siwa.
Disini jelas tertulis kata siwa yang menjelaskan ajaran asli nusantara

Sedangkan  pada  Bait  1  :  Pembangunan  Lingga  oleh  Raja  Sanjaya  di atas  gunung.

Di  sini  Sanjaya  menjelaskan  bahwa  Ia  menandai  candi  yang  sudah  ada  dengan  membuat  tanda sebuah  Batu  Lingga

Jadi  kesimpulan  yang  kita  dapat  melalui  Prasasti  Canggal  adalah

Pengumuman  Sanjaya  bahwa  Ia adalah  penguasa  Universal  di  Kerajaan  Mataram  dengan  memproklamirkan  dan  menandainya melalui  pendirian  tanda  berupa  Batu  Lingga  pada sebuah  bangunan suci.

Yang  bermaksud  juga  sebagai tanda   bahwa  kemakmuran  dan  kebesaran nenek moyang nya di lanjutkan oleh keturunan nya adalah dia

ini bukti tanda nya sebuah batu lingga tertulis nama saya raja penguasa dan tahun deklarasi untuk merawat bangunan suci warisan leluhur kami

Begitu maksud sang raja tertulis pada batu

Surat terbuka Kepada UNESCO dan seluruh dunia dari Kamulan l Bhumi Sahambara,Borobudur.

Ini klarifikasi catatan sejarah tentang Borobudur yang bernama asli Kamulan l Bhumi Sambhara, hal yang penting dan perlu di luruskan

Tantangan bagi para ahli sejarah dan peneliti untuk mengkaji ulang semua pencatatan tentang Borobudur.

1.Benarkah Borobudur candi Buddha..?
2.Benarkah Borobudur candi Hindu..?
3.Benarkah di dirikan abad 8 masehi..?
4.Benarkah didirikan oleh wangsa Sailendra..?
5.Benarkah yang merancang Borobudur  Gunadarma..?

Mari kita jawab pertanyaan di atas satu persatu

1.Benarkah Borobudur candi Buddha..?

Jawaban :
a.Borobudur bukan candi,ini adalah monumen,pengertian candi adalah tempat beribadah,adakah kriteria tempat ibadah di temukan di Borobudur ?.tidak di temukan.

b.Borobudur bukan candi Buddha alasan nya

- Dalam sejarah penyebaran ajaran Buddha dari asal nya tidak di temukan candi sebanyak yang ada di tanah jawa.bukankah sebuah sumber harus memiliki lebih banyak dari bukan sumber.

- Pada masa penyebaran puncak ajaran buddha masa ashoka tidak di temukan para misionaris Buddha membangun candi di daerah penyebaran seperti dan sebanyak di jawa dengan ciri khas yang sama dalam bentuk.

- Di tanah asal india tempat awal ajaran Buddha berasal tidak di temukan candi sebagai bentuk dasar bentuk Borobudur.

Borobudur adalah candi asli budaya nenek moyang bangsa nusantara Indonesia

Bentuk patung arca orang posisi duduk bersila adalah bentuk penggambaran ritual asli nenek moyang nusantara indonesia

Bentuk patung Posisi orang duduk bersila adalah posisi ritual kontemplasi ajaran luhur nenek moyang terdahulu nusantara indonesia

 Yaitu ajaran bijak sang matahari sebagai kiblat dan dewa sebagai pengejawantan nya.

Ajaran bijak sang matahari adalah budaya asli nenek moyang nusantara indonesia bukan Hindu atau Buddha dari india

Imperium terbesar dunia ada di tanah sunda land berlanjut setelah masa banjir besar nuh

Sejak zaman dinasti rama yang menyerang peradaban mohenjodaro di tanah india

Yang tercatat dalam kisah ramayana dengan peperangan maha dahsyat perang mahabarata

Berlanjut ke imperium saba yang sudah berperadaban tinggi dengan ajaran yang berkiblat pada matahari

Dewa brahma wisnu dan siwa adalah dewa dewa asli budaya nusantara indonesia

Ajaran asli nusantara bukan ajaran hindu ajaran asli nusantara adalah ajaran bijak sang matahari sebagai kiblat dan siwa sebagai pengejawantahan nya

Ajaran siwa menyebar ke tanah india pada abad sebelum masehi berkembang menjadi hindu di tandai dengan masih ada nya aliran hindu saiwa di tanah india.

Kemudian sang mahavira lalu resi sidarta gautama mengembangkan menjadi ajaran Buddha

Pada abad masehi ajaran Buddha kembali ke nusantara di sinilah hampir terdapat ke samaan ajaran yang sebenar nya jauh berbeda sekali.

Jadi bentuk patung arca posisi orang duduk bersila itu bukan patung buddha tapi itu adalah posisi ritual kontemplasi tapa brata ajaran asli nusantara indonesia

Relief pada dinding adalah cerita ramayana dan filisofi ajaran asli nusantara juga sebagai catatan sejarah tentang kemajuan peradaban masa lalu

Relief tidak menggambarkan perjalanan hidup sang buddha atau cermin ajaran nya.

Hanya 50 persen dari total relief yang dapat atau berusaha di cocokan agar mendukung bahwa relief ini sebagai ajaran dari india

Ciri utama candi di nusantara indonesia adalah bentuk punden berundak bentuk asli borobudur adalah punden berundak dengan 3 tahap bentuk dasar.

Bentuk punden berundak pada candi sukuh monumen itzen icha suku maya pyramida mesir adalah bentuk dasar

Ajaran matahari bersumber dari benua sunda land tanah nusantara indonesia menyebar ke penjuru dunia

Masih tersisa pada budaya asli nusantara sunda wiwitan  Pa   ra    hiya   ngan

Ra

Adalah dewa matahari

Ajaran asli nusantara masih tersisa pada suku suku asli tengger baduy bali toraja kalimantan dan banyak lagi

Ajaran asli nusantara indonesia bukan ajaran hindu atau Buddha dari india
Jika  kita  perhatikan  dimulai dari Sidarta gautama  Budha  terlahir    sampai  dengan  waktu  abad  ke  20   

juga  di masa  abad  penyebaran agama  Budha  terutama  masa  awal  ke  gemilangan  penyebaran  yang  di  dukung  Kerajaan  Asoka 

tidak tercatat  para  Misionaris  Budha  membangun  tempat  peribadatan  yang  besar pada daerah penyebaran nya

Mengapa  hanya  di  pulau  Jawa  mereka  di  anggap  telah  membangun  candi  candi  tersebut

jika  benar  di  Jawa candi  yang  ada  adalah  candi Budha 

tentu sudah  ada  banyak  candi di tempat  asal sang  Budha  Lahir dan daerah lain nya

yang sudah  pasti  hari  ini  tentu  kita  masih  bisa  melihat  ribuan  Candi  Buddha  ada  di  India

bukan  kah  suatu sumber  harus  memiliki  lebih  banyak  dari  yang  di  anggap  bukan  sumber?

Benarkah borobudur di arsiteki oleh gunadarma?

Nama  Gunadharma  tidak  di  temui  dalam  Wangsa  dan  silsilah  kerajaan  Dinasti  Sailendra 

atau kerajaan lain di pulau jawa

nama Gunadharma,hanya  di  temukan  dalam  Cerita  Mitos  Jawa

Cerita  tentang  perbukitan Gunung  Manoreh

Perbukitan  yang  bentuk  nya  menyerepuai pungung  manusia.
Borobudur

mari kita kaji ulang tentang pencatatan sejarah candi Borobudur

Benarkah…Borobudur  candi  Hindu  atau candi    Budha?

Benarkah  juga  didirikan  oleh  Penganut  Agama Budha  yang  berfaham  Buddha  Mahayana? 

Benarkah  di  dirikan  oleh  Wangsa  Sailendra?

Benarkah  di Rancang  oleh  Arsitek  Gunadharma ?

Tidak  ditemukan  bukti  tertulis  yang  menjelaskan  siapakah  yang  membangun  Borobudur 

dan  kapan waktu  di bangun  nya

Untuk  inilah  kita mencoba  mengkaji ulang sejarah borobudur

Terdapat  kesimpangsiuran  catatan mengenai

raja  yang  berkuasa  di Jawa  kala  itu  beragama  Hindu atau  Buddha.

Wangsa Sailendra  diketahui  sebagai  penganut  agama siwa ajaran asli nusantara

di dapat dari temuan  prasasti  Sojomerto  bahwa  mereka penganut agama  Hindu  Siwa.

nama borobudur

Pada Prasasti  Kayumwungan  atau  Prasasti  Karang  Tengah  dan  Prasasti  Tri  Tepusan 

menyebutkan  nama  yang  sama  dengan  maksud  yang di tulis dengan  sebutan  Kamulan  I Bumishambara

Nama  Bore  Budur,  yang  kemudian  ditulis  Boro Budur

ditulis  Raffles  dalam  tata  bahasa Inggris  untuk  menyebut  desa  terdekat  dengan  candi  itu 

yaitu  desa  Bore  atau Boro

kebanyakan  candi memang  seringkali  dinamai  berdasarkan  desa  tempat  candi  itu  berdiri. 

Raffles  juga  menduga  bahwa istilah  'Budur'  mungkin  berkaitan  dengan  istilah  bahasa  Jawa  yang  berarti  "purba"– 

maka bermakna, 

"Boro    

purba".

pada tahun 1954 sejarawan carparis menulis dalam desertasinya bahwa

borobudur di bangun pada perkiraan tahun  824 masehi

angka tahun di sebut adalah angka tahun perkiraan

kata perkiraan kita garis bawahi


ini berarti borobudur tidak di bangun pada tahun yang di tulis oleh casparis

ini hanya perkiraan casparis
Yang fingsinya tempat kul kul dibunyikan  awal,  akhir  dan  saat  tertentu  dari  rangkaian upacara. 

Bale  Bengong,  disebut  juga  pewarengan  suci letaknya  di  antara  jaba  tengah/mandala  madya,  mandala nista/jaba  sisi. 

Bentuk  bangunannya  empat  persegi  atau memanjang  deretan  tiang  dua-dua  atau  banyak  luas bangunan  untuk  dapur. 

Fungsinya  untuk  mempersiapkan keperluan  sajian  upacara  yang  perlu  dipersiapkan  di  pura yang  umumnya  jauh  dari desa  tempat  pemukiman. 

 3.  Ketiga. Mandala  Nista  disebut  juga  jaba  sisi  yaitu  tempat  peralihan  dari  luar  ke  dalam  pura  yang  terdiri  dari bangunan  candi  bentar/bangunan  penunjang  lainnya. 

Pekarangan  pura  dibatasi  oleh  tembok  penyengker batas  pekarangan  pintu  masuk  di  depan  atau  di  jabaan  tengah/  sisi memakai candi  bentar  dan  pintu  masuk ke  jeroan  utama  memakai Kori Agung.

Tembok  penyengker  candi bentar  dan  kori  agung  ada  berbagai bentuk  variasi  dan  kreasinya  sesuai  dengan keindahan  arsitekturnya.

 Bangunan  pura  pada  umumnya  menghadap  ke  barat,  memasuki  pura  menuju  ke arah  timur  demikian  pula  pemujaan  dan  persembahyangan  menghadap  ke  arah  timur  ke  arah terbitnya  matahari.

Kori  Agung  Candi  Bentar,  bentuknya  mirip dengan  tugu  kepalanya  memakai  gelung mahkota  segi  4 atau  segi  banyak bertingkat-tingkat  mengecil  ke  atas  dengan bangunan  bujur  sangkar  segi  empat  atau  sisi  banyak  dengan  sisi-sisi sekitar  depa  alit,  depa  madya  atau  depa  agung.

 Tinggi  bangunan  dapat  berkisar  sebesar  atau  setinggi  tugu sampai  sekitar  100  meter  memungkinkan  pula  dibuat  lebih  tinggi  dengan  memperhatikan  keindahan proporsi  candi.  

2.  Mandala  Madya  disebut  juga  jaba  tengah,  tempat  persiapan  dan  pengiring  upacara  terdiri  dari  Kori Agung  Candi  Bentar, 

bentuknya  serupa  dengan  tugu,  kepalanya  memakai  gelung  mahkota  segi 4 atau  segi  banyak  bertingkat2 mengecil  ke  atas  dengan  bangunan  bujur  sangkar,  segi  4 atau segi  banyak  dengan  sisi-sisi  sekitar  satu  depa  alit,  depa  madya,  depa  agung.

Bale  Kentongan,  disebut  bale  kul-kul  letaknya  di  sudut  depan  pekarangan  pura,  bentuknya  susunan tepas,  batur,  sari  dan  atap  penutup  ruangan  kul-kul/kentongan.
BUDAYA  TENGGER  ,

Hari  Raya  Yadya  Kasada  adalah  sebuah  hari  upacara  sesembahan  berupa persembahan  sesajen  kepada  Sang  Hyang  Widhi. 

Setiap  bulan  Kasada  hari-14  dalam  Penanggalan  Jawa diadakan  upacara  sesembahan  atau  sesajen  untuk  Sang  Hyang  Widhi  dan  para  leluhur,

 kisah  Rara Anteng  (Putri  Raja  Majapahit)  dan  Jaka  Seger  (Putra  Brahmana)  "asal mula  suku  Tengger  di  ambil  dari nama  belakang  keduanya",

  pasangan  Rara  Anteng  dan  Jaka  Seger  membangun  pemukiman  dan  kemudian memerintah  di  kawasan  Tengger  dengan  sebutan  Purbowasesa  Mangkurat  Ing  Tengger,

 yang mempunyai arti  ―Penguasa  Tengger  yang  Budiman‖.  

Mereka  tidak  di  karunia  anak  sehingga  mereka  melakukan  semedi  atau  bertapa  kepada  Sang  Hyang Widhi,

 tiba-tiba  ada  suara  gaib  yang  mengatakan  bahwa  semedi  mereka  akan  terkabul  namun  dengan syarat  bila  telah  mendapatkan  keturunan,

 anak  yang  bungsu harus  dikorbankan  ke  kawah  Gunung  Bromo. Pasangan  Roro  Anteng  dan  Jaka  Seger  menyanggupinya  dan kemudian  didapatkannya  25  orang  putra-putri,

 namun  naluri orangtua  tetaplah  tidak  tega  bila  kehilangan  putra-putrinya. Pendek  kata  pasangan  Rara  Anteng  dan  Jaka  Seger  ingkar janji,

  Dewa  menjadi  marah  dengan  mengancam  akan menimpakan  malapetaka,  kemudian  terjadilah  prahara keadaan  menjadi  gelap  gulita  kawah  Gunung  Bromo menyemburkan  api. Kesuma,  anak  bungsunya  lenyap  dari  pandangan  terjilat  api dan  masuk  ke  kawah  Bromo, 

bersamaan  hilangnya  Kesuma  terdengarlah  suara  gaib,  "Saudara-saudaraku yang  kucintai,  aku  telah  dikorbankan  oleh  orangtua  kita  dan  Sang  Hyang  Widhi  menyelamatkan  kalian semua.

 Hiduplah  damai  dan  tenteram,  sembahlah  Sang  Hyang  Widhi.  Aku  ingatkan  agar  kalian  setiap bulan  Kasada  pada  hari  ke-14  mengadakan  sesaji  kepada  Sang  Hyang  Widhi  di  kawah  Gunung  Bromo".

Kebiasaan  ini  diikuti  secara  turun  temurun  oleh  masyarakat  Tengger  dan  setiap  tahun  diadakan  upacara Kasada  di Poten lautan  pasir  dan  kawah  Gunung  Bromo.

Suku  Tengger  tidak  seperti  pemeluk  agama  lain  nya    memiliki candi-candi sebagai tempat peribadatan, 

namun  bila  melakukan  peribadatan  bertempat  di  punden,  danyang  dan  poten.

Poten  merupakan  sebidang  lahan  di  lautan  pasir  sebagai  tempat  berlangsungnya  upacara  Kasada.

 Sebagai tempat  pemujaan  bagi  masyarakat  Tengger,  poten  terdiri  dari  beberapa  bangunan  yang  ditata  dalam  suatu susunan  komposisi  di  pekarangan  yang  dibagi menjadi tiga  mandala/zone.

 Pura  Luhur  Poten  di kaki  Gunung  Bromo 1.  Pertama. Mandala  Utama  disebut  juga  jeroan  yaitu  tempat  pelaksanaan  pemujaan persembahyangan.

 Mandala  itu  sendiri  terdiri  dari  Padma  berfungsi sebagai  tempat  pemujaan  Tuhan  Yang  Maha  Esa.

 Padma  bentuknya  serupa candi  yang  dikembangkan  lengkap  dengan  pepalihan,  tidak  memakai  atap  yang  terdiri  dari  bagian  kaki yang  disebut  tepas,  badan/batur  dan  kepala  yang  disebut  sari 

dilengkapi  dengan  Bedawang,  Nala, Garuda,  dan  Angsa. Bedawang  Nala  melukiskan  kura-kura  raksasa  mendukung  padmasana,  dibelit  oleh  seekor  atau  dua ekor  naga,  garuda  dan  angsa  posisi  terbang  di  belakang  badan  padma 

yang  masing-masing  menurut mitologi  melukiskan  keagungan  bentuk  dan  fungsi padmasana.   Bangunan  Sekepat  tiang  4 atau  yang  lebih  besar  letaknya  di  bagian  sisi  sehadapan  dengan bangunan  pemujaan/padmasana,  hadap  ke  timur  sesuai  dengan orientasi  bangunan  pemujaan  dan  terbuka  ke 4 sisinya. 

Fungsinya  untuk penyajian  sarana  upacara  atau  aktivitas  serangkaian  upacara.  Bale  Pawedan serta  tempat  dukun  sewaktu  melakukan pemujaan.

 Kori  Agung  Candi  Bentar,  bentuknya  mirip dengan  tugu  kepalanya  memakai  gelung mahkota  segi  4 atau  segi  banyak bertingkat2  mengecil  ke  atas  dengan bangunan  bujur  sangkar  segi  empat  atau  sisi  banyak  dengan